Migrain 26 Tahun Sembuh Karena Alat Pacu Jantung

Diposting olehviky on Rabu, 28 Desember 2011

Debbie Hounslow
Lebih dari 20 tahun seorang wanita diserang migrain yang sangat mengganggu. Beberapa obat penghilang rasa sakit pun tidak selalu efektif. Namun migrain akhirnya dapat sembuh setelah dipasang alat pacu jantung di perut.

Debbie Hounslow (44 tahun) seorang customer services asal Buckinghamshire, sudah menderita migrain sejak berusia 18 tahun. Saat itu, mata kirinya mulai kabur, berkunang-kunang dan sakit kepala sebelah yang parah.

"Itu menakutkan, tapi pengasuh dan ibu saya juga menderita migrain, jadi saya tahu apa itu," ujar Debbie Hounslow, seperti dilansir Dailymail, Selasa (27/12/2011).

Dokter menyarakan Debbie untuk menggunakan obat penghilang rasa sakit jika serangan migrain datang. Debbie biasanya hanya mengalami migrain beberapa kali dalam setahun, namun memasuki usia 30 tahun migrainnya semakin parah dan kambuh beberapa kali setiap bulan.

"Migrain saya semakin intens dan berlangsung 1 hingga 3 hari. Itu sakit yang luar biasa, seperti tengkorak saya sedang dijepit. Berdenyut-denyut menyakitkan. Saya juga merasa mual dan kadang-kadang menimbulkan sakit secara fisik," jelasnya.

Debbie mulai mengonsumi beta-blocker sebagai obat penghilang rasa sakit. Obatnya itu sedikit membantu, namun tidak bisa membuat migrain benar-benar reda.

Pada tahun 2005, Debbie mengonsumsi obat tersebut seminggu sekali. Namun obat ternyata memiliki efek samping, sehingga meski tidak mengalami migrain, efek samping tetap terasa.

"Mata saya merasa 'berkabut' dan merasa sulit untuk menonton TV, membaca atau melihat komputer. Bahkan untuk hal sederhana seperti memasak, mengemudi dan berjalan pun tidak mungkin," jelas Debbie.

Debbie jadi sering mengambil cuti bila migrain atau efek samping obat menyulitkan pekerjaannya. Namun karena putus asa, ia sempet ditawari Botox, yang seharusnya bekerja karena melumpuhkan otot-otot di leher dan dahi yang dapat memicu migrain.

Tapi ia tidak suka Botox, karena menurutnya hal itu dapat meracuni sistem ditubuhnya. Kemudian pada Januari 2010, ia dirujuk ke Dr Alexander Green di John Radcliffe Hospital, Oxford.

Dokter menceritakan padanya tentang Peripheral Nerve Stimulation, prosedur baru di mana elektroda diimplantasikan ke belakang leher, dekat dengan saraf yang mengirim sinyal ke otak dan menyebabkan migrain.

Elektroda akan dihubungkan dengan kabel yang berjalan di bawah kulit dengan baterai kecil yang ditanam di bawah kulit di perut. Baterai akan mengirimkan pulsa listrik kecil bila ada sinyal migrain. Alat ini sama seperti alat pemacu jantung (pacemaker).

"Dokter mengatakan beberapa orang telah melihat migrain mereka hampir hilang setelah operasi ini. Saya pikir saya tak ada ruginya," kenang Debbie.

Operasi dilakukan pada Juli 2010 dengan anestesi lokal. Prosedur operasi dilakukan selama satu jam, dokter memasukkan elektroda dan baterai pada sisi kiri perut Debbie. Ia pun diizinkan pulang setelah beberapa jam.

"Saya mengambil obat penghilang rasa sakit selama seminggu, meskipun rasa sakit di perut saya butuh waktu 6 minggu untuk hilang. Anda tidak melihat kawat, tapi baterai (yang seukuran stopwatch) terlihat cukup ramping," jelasnya.

Ketika semuanya sudah tidak terasa sakit, Debbie diminta kembali ke rumah sakit agar Dr Green bisa mengatur pulsa elektrik.

"Rasanya seperti pin dan jarum, aneh pada awalnya, tapi sekarang saya sudah terbiasa," ujar Debbie.

Alat pacu jantung itu dapat bekerja terus-menerus atau hanya dapat diaktifkan pada saat Debbie merasa migrain datang. Debbie hanya mengalami 3 migrain dalam 18 bulan sejak prosedur operasi dan bahkan serangan migrain jauh lebih pendek dan tidak intens dibandingkan sebelumnya.

"Saya kembali bekerja, bisa memasak dan pergi berjalan-jalan lagi. Natal ini adalah yang pertama dalam lebih dari 20 tahun saya merasa cukup percaya diri untuk mengatur untuk bertemu orang untuk kegiatan sosial. Sekarang saya yang mengendalikan migrain, bukan migrain mengendalikan saya," tutup Debbie.

{ 0 komentar.. read them below or add one }

Posting Komentar

 

Blog Archive