Kisah Seekor Kera dan Kura kura

Diposting olehviky on Minggu, 31 Juli 2011

Pada suatu masa hiduplah seekor raja kera di sebuah hutan, dia bernama sudu, dia merupakan raja kera yang sudah tua renta, pada suatu waktu ada seekor kera yng berasal dari keluarga kera tersebut yang berniat untuk memberontak dan mengambil kekuasaan sang raja kera sudu. Akhirnya sang raja pun berhasil untuk di taklukan, sudu pun pergi melarikan diri ke sebuah pantai, di pantai tersebut ia menemukan sebuah pohon kelapa, ia memanjat pohon tersebut dan membangun tempat tinggal diatasnya.
Pada suatu hari ia sedang mengupas buah kelapa, dan tiba-tiba buah yang sedang di kupasnya terlepas dan masuk kedalam air, dan menimbulkan sebuah bunyi dan dia sangat menyukai bunyi tersebut, dan ia menjatuhkan buah tersebut berulang-ulang kedalam air.Ternyata di dalam air tersebut ada seekor kura-kura, setiap kelapa yang di jatuhkan kedalam air selalu dilemparkannya kembali kepada sudu. Hal itu dilakukan karena dia ingin berteman dengan sudu, dan akhirnya keduanya pun mulai terlihat akrab.
Sang kura-kura ternyata memiliki seorang isteri, karena kepergian si kura-kura sudah terlalu lama, akhirnya sang isteri mengadukan hal tersebut kepada tetanggganya.
“Aku takut terjadi hal buruk yang dapat mencelakakan suamiku,” kata istri kura-kura.
“Suamimu baik-baik saja,” jawab tetangganya. “Ia ada di pantai bersama temannya, si kera, yang selalu memberinya makanan dan minuman. Hal itulah yang membuat ketidakhadirannya selama ini dan itu akan terus berlangsung sebelum kamu dapat menyingkirkan si kera.”
Istri kura-kura pun bertanya kepada tetangganya, “Bagaimana caranya?”
Si tetangga menjawab, “Kalau suamimu pulang, kamu harus pura-pura sakit. Jika ia bertanya tentang keadaanmu, jawablah bahwa para tabib mengatakan hanya jantung keralah obatnya.”
Tidak beberapa lama kemudian, si kura-kura pulang ke rumahnya. Ia mendapati istrinya terbaling lemah dan pucat. Ia bertanya, “Kenapa kamu?”
“Sungguh malang istrimu!” jawab si tetangga. “Ia sakit parah dan kata para tabib hanya jantung keralah obatnya.”
“Ini sulit sekali, dari mana aku bisa mendapatkan jantung kera, sedangkan kita hidup di air? Tapi aku akan coba menipu temanku si kera,” kata kura-kura. Maka pergilah si kura-kura ke tempat temannya itu.
“Apa yang kau rahasiakan dariku, teman?” tanya si kera.
“Aku tidak merahasiakan apa pun darimu,” jawab kura kura. “Aku hanya malu karena tidak tahu bagaimana membalas segala kebaikanmu. Oleh karena itu, aku ingin mengundangmu untuk berkunjung ke rumahku. Semoga kamu berkenan, karena aku tinggal di sebuah pulau yang dipenuhi beraneka ragam buah.”
Akhirnya, si kera pun mau memenuhi undangan temannya. Ia pun naik ke punggung si kura-kura dan mulai menyebrangi lautan. Tetapi, sesampainya di tengah lautan, muncullah niat jahat si kura-kura untuk menipu daya temannya itu.
“Apa yang membuatmu bimbang, teman?” tanya si kera.
“Aku bimbang karena teringat bahwa istriku sedang sakit keras,” jawab kura-kura. “Itulah yang sangat menghalangiku untuk membalas segala kebaikanmu.”
Si kera berkata, “Aku rasa usahamu memanggulku di pundakmu adalah sebuah hal yang mulia dan itu sudah cukup bagiku.”
“Baiklah kalau begitu,” jawab kura-kura.
Mereka pun melanjutkan perjalanan. Namun, setelah berjalan beberapa saat, si kura-kura berhenti sekali lagi. Si kera pun mulai berfirasat buruk terhadapnya dan ia pun mulai bertanya-tanya dalam hati. Pasti ada sesuatu yang disembunyikan si kura-kura sehingga ia memperlambat jalannya. Aku merasa sudah tidak aman lagi, mungkin niatannya telah berubah dan ia ingin menghianati persahabatan kami, bahkan, mungkin ia ingin berbuat jahat terhadapku. Bukankah niat itu adalah hal yang paling cepat berubah?
Ada pepatah yang mengatakan, “Si cerdik tidaklah lalai mengamati istri, anak, saudara, dan temannya pada setiap saat, setiap perkataan, dan setiap perbuatannya, karena semuanya itu dapat menunjukkan apa yang ada di hati mereka. Orang-orang bijak juga mengatakan bahwa jika sebuah keraguan telah merasuki hati seorang teman, maka berhati-hatilah terhadapnya! Kemudian, selidiki kebenarannya! Jika persangkaanmu benar, engkau akan selamat. Sebaliknya, jika persangkaanmu salah, engakau tidak akan rugi.
“Apa lagi yang kamu rahasiakan?” tanya kera. “Aku lihat kamu kembali khawatir dan seakan-akan kamu berbicara dengan dirimu sendiri.”
“Aku khawatir jika kamu sampai di rumahku nanti, kamu tidak akan mendapati seperti apa yang aku inginkan, karena istriku sedang sakit,” jawab si kura-kura.
“Jangan khawatir! Karena kekhawatiranmu tidaklah berarti apa pun,” kata kera. “Lebih baik kamu cari obat-obatan dan makanan untuk menyembuhkan istrimu. Aku siap membantu, karena ada yang mengatakan bahwa hendaknya orang yang berharta mendermakan hartanya pada tiga hal; sedekah, pada saat dibutuhkan, dan untuk para wanita.”
“Aku telah melakukannya,” kata kura-kura. “Namun, para tabib mengatakan bahwa hanya jantung keralah obatnya.”
Di dalam hatinya, si kera mengeluh. Betapa sial dirinya! Meskipun ia telah berhati-hati dalam segala tindakannya sampai usianya sekarang, ia tetap bisa jatuh dalam kesulitan yang rumit ini. Benarlah perkataan orang yang menyatakan bahwa orang yang rela dan menerima
dengan lapang dada apa yang diperolehnya, akan hidup tenang dan tentram. Sebaliknya, orang yang ambisius dan rakus akan hidup dalam kepenatan dan kesulitan. Meskipun demikian, si kera segera berusaha memikirkan jalan keluar dari permasalahan ini.
“Kenapa kamu tidak mengatakan hal itu ketika masih di rumah?” tanya si kera. “Kalau kamu katakan sejak tadi, aku pasti membawa jantungku. Sudah menjadi kebiasaan kami, para kera, selalu menginggalkan jantung kami jika mengunjungi teman. Jadi, saat ini aku tidak membawa jantungku.”
“Kalau begitu, di mana jantungmu?” tanya kura-kura.
“Aku sembunyikan di pohon. Jika kamu mau, kita kembali ke sana agar aku dapat memberikannya padamu,” jawab kera.
Akhirnya, dengan perasaan senang karena temannya tidak menolak permintaannya, si kura-kura kembali mengantar kera ke pantai.
Ketika mereka telah mendekati pantai, si kera melompat dari punggung kura-kura lalu memanjat pohon kelapa. Setelah lama menunggu, si kura-kura memanggil temannya.
“Hai, temanku! Bawalah jantungmu dan cepatlah turun, karena kau telah berjanji padaku,” kata kura-kura.
“Jangan konyol, kamu kira aku seperti keledai yang dikatakan serigala tidak punya jantung dan telinga?” kata si kera.
“Bagaimana ceritanya?” tanya kura-kura.Si kera pun mulai bercerita.
Konon, ada seekor singa di suatu hutan. Ia didampingi oleh serigala yang selalu memakan makanan terbaiknya. Si singa pun mulai sakit-sakitan dan lemah sampai ia tak mampu lagi berburu.
“Apa yang terjadi padamu, Tuan?” tanya serigala. “Keadaanmu berbeda sama sekali.”
“Penyakit kulitku inilah penyebabnya, dan hanya jantung dan telinga keledailah obatnya.” Jawab singa.
“Itu hal yang mudah, aku tahu ada suatu tempat yang merupakan tempat tinggal seekor keledai,” kata serigala. “Aku akan segera membawanya untukmu.”
Si serigala pergi mencari keledai. Ketika ia sudah dekat dengannya, ia memberi salam dan bertanya padanya, “Kenapa kamu kurus sekali, teman?”
“Tidak ada seorang pun yang memberi makanan kepadaku,” jawab keledai.
“Bagaimana kamu bisa bertahan di tempat seperti ini?”
“Aku tidak dapat pergi dari sini sama sekali, karena setiap aku pergi ke suatu tempat, orang-orang pasti akan memburuku dan itu membuatku lelah dan kelaparan,” jawab keledai.
“Akan aku tunjukkan kepadamu suatu tempat yang tersembunyi dan tidak dilalui oleh orang-orang. Tempat itu memiliki ladang yang subur dan banyak keledai betina yang tidak ada lebih baik dari mereka,” kata serigala.
“Tunggu apa lagi? Ayo, kita segera ke sana!” seru keledai.
Mereka berdua mulai berjalan ke tempat yang dimaksud. Tetapi sebenarnya, tempat itu adalah tempat tinggal si singa. Setelah mendekati tempat itu, serigala maju terlebih dahulu, kemudian ia menghampiri si singa untuk memberitahukan tempat keledai.
Si singa pun mulai menghampiri keledai itu. Ia ingin segera menerkam keledai, tetapi ia tidak sanggup. Si keledai terkejut, kemudian melarikan dengan sangat ketakutan. Ketika serigala melihat hal itu, ia bertanya kepada si singa, “Apakah engkau masih kuat, Tuan?”
“Jika sekali lagi kamu membawanya kepadaku, aku jamin ia tidak akan dapat lepas lagi,” jawab singa.
Si serigala pun menurut dan pergi menghampiri keledai.
“Kenapa kamu lari?” tanya serigala kepada keledai. “Keledai betina itu sangat gembira dan ingin segera bertemu denganmu, sehingga ia langsung menerjangmu. Jika kamu menghampirinya, ia pasti akan berlaku lembut padamu.”
Setelah mendengar hal itu, si keledai pun merasa gembira dan ia mulai meringkik. Kemudian, si keledai berjalan ke tempat si singa. Setelah mendekati tempat itu, serigala masuk terlebih dahulu untuk melapor kepada singa.
“Bersiaplah, Tuan!” seru serigala. “Aku telah membujuknya. Jika kali ini Anda tidak bisa menerjangnya, ia tidak akan kembali selamanya.”
Si singa pun mulai mengumpulkan segenap tenaganya dan keluar menuju tempat si keledai. Ketika ia melihat keledai itu, ia segera menyerang dan menggigitnya. Tetapi, tiba-tiba ia berhenti karena teringat pesan para tabib agar si singa mandi terlebih dahulu sebelum memakan keledai. Ia pun pergi mandi dan memerintahkan si serigala untuk menjaganya sehingga ia tetap bisa makan jantung dan telinga keledai, sedangkan sisanya akan diberikan kepada serigala.
Ketika si singa pergi mandi, serigala itu mendekati keledai dan memakan jantung dan telinganya. Ia berharap si singa mengikhlaskannya dan tidak memakannya sama sekali. Kemudian, si singa kembali dan bertanya pada serigala, “Di mana jantung dan telinga keledai ini?”
“Apakah Anda tidak tahu, jika ia benar-benar punya jantung dan telinga, ia pasti tidak akan kembali kepadamu setelah ia melarikan diri dan terbebas dari bahaya?” jawab serigala.
“Inilah cerita yang kusampaikan kepadamu,” kata kera setelah mengakhiri ceritanya. “Kuceritakan hal ini agar kamu tahu bahwa aku bukanlah seperti keledai yang dikatakan serigala tidak punya jantung dan telinga. Pada mulanya, kamu berbuat manis padaku, tapi kemudian kamu menipuku. Maka aku pun menipumu seperti kamu menipuku dan akhirnya aku terbebas dari tipu dayamu. Ada pepatah yang mengatakan bahwa orang yang dihancurkan mimpinya hanya dapat diselamatkan dengan ilmunya.”
“Kamu benar,” kata kura-kura. “Tetapi orang yang salah adalah orang yang ketika ia menyadari kekhilafannya setelah melakukan sebuah kesalahan, ia tidak malu untuk diajarkan perkataan dan perbuatan yang benar. Maka jika ia terjerumus dalam kesulitan, ia dibebaskan oleh ketidakmampuannya dan akalnya seperti orang yang tersandung dan mampu bangkit kembali.”

{ 0 komentar.. read them below or add one }

Posting Komentar

 

Blog Archive