Berdakwah Sekalipun Sudah Meninggal Dunia

Diposting olehviky on Selasa, 05 Juli 2011


Kisah inspiratif islami | berdakwah Sekalipun sudah meninggal duniaKisah tentang abu Bakar an Nablisi yang mungkin dapat menginspirasi kita semua.
Siapapun tahu, cara mati seorang manusia merupakan potret kehidupannya selama di dunia. Barangsiapa bersakit-sakit dalam perjalanannya, maka ketika sampai tujuan ia akan disambut dengan penuh kehangatan; barangsiapa berleha-leha, maka tidak ada yang sudi menyambutnya.  Barangsiapa bekerja keras seperti seorang budak (baca; hamba), maka ia akan mendapatkan kenikmata seperti orang bebas. Biasanya, pohon yang tidak indah akan memberikan buah yang segar dan lezat. Orang yang awalnya terbakar oleh penderitaan, maka akhirnya akan berderang dengan kenikmatan.
Akhir yang menyenangkan ini merupakan nasib salah satu dai kita yang selalu berkata benar walau harus membayarnya dengan nyawa. Dialah Abu Bakar an Nablisi, seorang ulama hadits dan fikih. Dialah kiblat masyarakat dalam hal ilmu dan kepribadian.
Ketika Bani Ubaid menguasai Mesir, mereka mengubah syariat Allah; mereka menghalalkan yang haram dan mabuk-mabukan di siang hari bulan Ramadhan secara terbuka.  Mereka membolehkan hubungan seksual tanpa nikah dan mereka sangat merusak. Ketika itulah Abu Bakar an Nablisi melakukan amar makruf nahi munkar dengan lantang. Dia berusaha mengubah tradisi itu dengan sekuat tenaga. Dia mewariskan perjuangan itu dari para Nabi dan melakukan tugas yang pernah dilakukan oleh para Nabi. Sampai akhirnya penguasa Bani Ubaid memenjarakannya, menyalibnya, bahkan memerintahkan seorang Yahudi untuk mengulitinya. Abu Bakar an Nablisi dikuliti dari kepala sampai bagian wajahnya. Walaupun disiksa seperti itu, ia tetap sabar dan selalu menyebut nama Allah. Kemudian mereka mengulitinya sampai bagian dada dan menusuk jantungnya dengan pisau hingga ia menghembuskan nafas terakhir.
Daruquthni menangis jika ingat peristiwa itu. Dia berkata, “Ketika dia (Abu Bakar an Nablisi) dikuliti, ia masih mengucapkan, “Adalah yang demikian itu telah tertulis di dalam Kitab.” (al Ahzab : 6).
Renungkanlah ! pada saat seperti itu ia masih mengingat Allah. Hal itu bisa terjadi karena memang itulah kebiasaannya sepanjang hayat. Semasa hidupnya, ia selalu mengajarkan orang untuk senantiasa mengingat Allah. Bahkan orang akan terpanggil untuk mengingat Allah hanya dengan memandang wajahnya. Tidak ada anugerah yang lebih besar daripada hilangnya nyawa yang diiringi dengan menyebut nama Allah. Kenikmata surga firdaus telah menantinya dan para bidadari telah merindukannya.
Kematiannya dalam kondisi seperti itu merupakan khutbah teragung yang pernah ia lakukan selama ia naik mimbar. Akan tetapi mimbarnya pada hari itu adalah kayu yang menyalibnya. Untaian kata yang keluar berupa darah yang mengucur dari tubuhnya tetes demi tetes. Masa khutbahnya adalah saat ia tergantung di kayu sambil memandang orang-orang yang menyalibnya. Sandalnya berada di atas kepala mereka. Tetes demi tetes darah yang mengalir dari tubuhnya adalah rahasia kehancuran mereka. Dan pada saat yang sama, tetesan darah itu adalah penyebab kebahagiaannya, karena bidadari nan cantik jelita sudah tak sabar menantinya.
Bukankah suatu hal yang menakjubkan bila ia mati dalam keadaan menyebut nama Allah. Yang lebih menakjubkan adalah ketika masih berdoa kepada Allah, sementara roh telah keluar dari jasadnya! Ketika orang-orang lewat di samping jasadnya, mereka mendengar dia melantunkan ayat-ayat al Qur’an. Subhanallah. Inilah salah satu karamah yang didapatkan hanya oleh orang yang berani menjual murah jiwanya di jalan Allah. Maka, Allah tidak akan pernah menyia-nyiakan orang yang berkorban di jalan-Nya. Allah akan menganugerahkan pahala yang lebih besar dan mencatatkannya sebagai orang-orang yang senantiasa mengajak kepada Allah, baik ketika hidup, maupun setelah matinya.  Allah Akbar!

{ 0 komentar.. read them below or add one }

Posting Komentar

 

Blog Archive